nIKMAT bERSYUKUR

<<<“Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Aku akan menambah nikmat-Ku kepadamu dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku, sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (Ibrahim ayat 7)>>>.
Mengawali jum'at pagi yang indah ini...marilah kita tingkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah dan hanya untuk Allah swt.Taqwa yaang dapat kita implementasiakn dlm kehidupan kita sehari-hari.Taqwa yg juga dapat menimbulkan rasa syukur kita kepada Allah swt.Yaitu mensyukuri nikmat hidup yang Allah anugrahkan kepada kita semua.
Ketahuilah,banyak dari kita yang selalu merasa kekurangan dalam hidup ini. Atau merasa tidak puas dengan apa yang sudah dia dapatkan. Hal ini menjadi wajar karena memang manusia diberi berkah berupa nafsu untuk mendapatkan sesuatu. Masalah ini menjadi seperti dua sisi mata pisau, dimana yang satu tajam dan yang satu tumpul. Merasa tidak puas dan selalu mencari hal yang lebih dalam kebaikan atau dengan kata lain berlomba-lomba dalam kebaikan ini menjadi sesuatu yang baik. Namun, lain cerita ketika kita merasa tidak puas kemudian menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Ini berbahaya karena dapat menjurumuskan kita ke dalam perbuatan yang tercela.
Untuk mencegah hal buruk tersebut, hendaklah kita bersyukur dengan apa yang kita dapatkan.Janganlah sering tengok ke atas, kadang-kadang kita perlu untuk melihat ke bawah agar kita tidak menjadi orang yang selalu merasa kurang. Ada lagi cara lain untuk mencegah hal yang saya sebut di atas. Yaitu dengan mengingat bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara, dan akan diminta pertanggungjawabannya di akherat kelak. Saya ingat pernah ada pepatah bilang “beramal lah untuk duniamu ,seolah-olah kau hidup selama-lamanya.dan beramal lah untuk akhiratmu,seolah-olah kau mati besok”. Maksud dari pepatah ini adalah agar kita tidak ngoyo dalam mengejar hal dunia seperti materi, karier, jabatan, dan lain sebagainya lalu kita lupa akan amal ibadah kita. Mari kita mencoba mensyukuri hidup ini. Berlomba-lombalah dalam kebaikan dengan cara yang benar, tidak saling menjatuhkan, dan sesuai dengan tuntunan agama. Agar kita menjadi insan yang bahagia di dunia dan akherat.
Melihat paparan di atas,sudah selayaknyalah kita harus banyak bersyukur dan bersabar.Syukur dan sabar adalah merupakan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Sebagaimana kehidupan kita yang terkadang senang atau susah, lapang atau sempit, kaya atau miskin dan lain-lain. Hidup adalah ujian, maka atas kondisi apapun kita ada dalam ujian Allah swt. Pada saat kita mendapatkan kesenangan, kelapangan rizki, menjadi orang kaya ujiannya adalah pandai tidak kita bersyukur. Sedangkan pada suatu ketika kita mendapatkan kesusahan, kesempitan rizki, menjadi orang miskin ujiannya adalah mampu tidak kita bersikap sabar.Kalau kita sadari banyak sekali nikmat yang telah Allah swt berikan kepada kita dan bahkan kalau mau dihitung sungguh tidak akan sanggup menghitungnya. Maka sungguh beruntung orang yang mampu bersyukur dan kasihan betul orang yang tidak mampu mensyukuri nikmat Allah swt yang sangat banyak itu.
Lain lagi menurut syeikh Ibnu Qoyyim Al-jauziyah, bahwa sabar merupakan budi pekerti yang bisa dibentuk oleh seseorang. Ia menahan nafsu, menahan sedih, menahan jiwa dari kemarahan, menahan lidah dari merintih kesakitan,dan juga menahan anggota badan dari melakukan yang tidak pantas. Sabar merupakan ketegaran hati terhadap takdir dan hukum-hukum syari’at. Secara
umum sabar terbagi ke dalam tiga tingkatan.
Pertama, sabar dalam menghadapi sesuatu yang menyakitkan; musibah,
bencana, atau kesusahan.
Kedua, sabar dalam meninggalkan perbuatan maksiat.
Ketiga, sabar dalam menjalankan ketaatan.
Sabar itu indah, andaikata kita bisa memaknainya dengan benar.
Manusia seringkali berlaku egois. Ketika menginginkan sesuatu, ia berdoa habis-habisan, sungguh-sungguh demi tercapai keinginannya. Tatkala berhasil, ia pun melupakan Allah. Bahkan ia menganggap bahwa keberhasilan itu adalah hasil jerih payah dirinya sendiri. Sebaliknya, saat ia gagal,ia kecewa karenanya. Bahkan berburuk sangka kepada Allah. Padahal, rasa
kecewa, sedih, dan kesal itu lahir karena manusia terlalu berharap bahwa kehendak Allah harus selalu cocok dengan keinginanya. Jelas dalam hal ini ia melupakan sikap sabar dan syukur nikmat. Karenanya, beruntunglah orang yang memiliki sikap sabar ketika musibah datang menimpa dan memiliki syukur ketika keberuntungan datang menerpa. Dan dari sini pulalah kita
tahu bahwa antara sabar dan syukur merupakan dua hal yang saling beriringan, berkaitan satu sama lain.
Ulama tasawwuf terdahulu, mereka membagi-bagi syukur itu atas tiga bagian yaitu:
Syukur dengan hati
Syukur dengan lisan
Syukur dengan seluruh anggota badan
Syukur pada hati; maksudnya adalah kita meyakini, menyadari, mengetahui bahwa segala nikmat itu bersumber dan bermuara dari Allah SWT.
Adapun syukur dengan lisan adalah penilaian hati, getaran hati yang menjalar kepada anggota badan melalui mulutnya yang senantiasa basah,memuji nikmat-Nya dan menyebut nama Allah berupa wirid dan dzikir seperti tahmid, takbir, tasbih dan bentuk puji-pujian yang lain terhadap Allah.Termasuk dalam katagori syukur pada lisan ini ialah seorang yang sentiasa memuji-muji nikmat Allah di hadapan manusia lainya, mengajak manusia
untuk sama-sama bersyukur dan menzhohirkan kesyukuran itu melalui ibadat dan majlis-majlis ilmu yang bertujuan untuk mengajak manusia supaya taat dan patuh kepada Allah Ta’ala.
Selanjutnya yang termasuk dengan bersyukur pada seluruh anggota adalah kita telah menyadari bahwa seluruh anggota badan, jiwa dan raga milik Allah semata. Kemudian kita menggunakan dan memakainya untuk hal-hal kebaikan juga. Dari mulai mata, telinga, tangan, kaki, mulut dan sebagainya itu semua milik Allah dan kita harus menggunakannya untuk keridhoan Allah juga.
Itulah tadi bentuk-bentuk kesyukuran, maka hendaknya kita untuk senantiasa bersyukur kepada Allah yakni dengan terus memuji, baik itu dengan hati,lisan ataupun anggota badan. Maka syukur nikmat bisa berarti bahwa kita sentiasa ingat, sadar, memahami, mengerti, mengucapkan, melaksanakan dan senantiasa emandang kepada Yang Memberi Nikmat yaitu Allah SWT. Dan barang siapa yang mensyukuri nikmat-Nya, maka Allah pun akan membalasnya.
Mudah-mudahan kita termasuk golongan orang yang memiliki sifat
ini, sehingga kemuliaan diri akan mengiringi kita selamanya.
Salam @@@

0 komentar:

Posting Komentar