Perhiasan Dunia

<<<“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. (QS. Al-Kahfi : 46)">>>.
Waktu mengalir begitu cepat. Menit demi menit yang tak terasa, jam demi jam yang seperti berkejaran, lalu bergantilah hari demi hari, hingga kini kita berada di hari Senen. Maka patutlah kita bersyukur kepada Allah SWT, Rabb yang telah menganugerahkan semua nikmat. Nikmat Iman, Islam, dan juga fisik yang sehat yang dengannya kita mampu mengabdi kepada Allah swt.
Berangkat dari ayat di atas,bahwa sesungguhnya harta dan anak adalah perhiasan dunia. Keduanya bukan segala-galanya. Namun betapa banyak orang yang tertipu oleh harta. Merasa bahwa harta adalah hal yang paling berharga, yang mampu menjamin masa depan dan kemuliaan. Hingga banyak orang yang terjerumus dalam dosa karena memburu harta dengan cara yang haram. Atau tertipu dengan harta yang telah diperolehnya hingga ia tak lagi mempedulikan Allah yang Maha Pemberi rezeki. Syukur tidak ada, justru kufur yang dipelihara.
Demikian pula dengan anak. Mereka adalah perhiasan dunia. Seperti harta, di satu sisi ia bisa berbuah surga jika dicari dengan cara halal, disyukuri, ditunaikan kewajiban zakat dan dipakai memperjuangkan agama Allah. Anak merupakan potensi besar bagi manusia untuk mendapatkan pahala. Mulai dari pahala mendidik, memberi nafkah, hingga potensi amal jariyah yang pahalanya takkan terputus oleh kematian kita ketika ia menjadi anak shalih dan mendoakan kita sebagai buah pendidikan islami yang dterimanya.
Namun di sisi lain, sebagai "ziinah" (perhiasan), anak juga bisa mencelakakan. Itulah saat di mana anak hanya dibangga-banggakan sebagai penerus keturunan, tanpa disertai pendidikan Islam hingga kemudian ia menjadi anak durhaka atau malah orangtua yang terseret ke dalam kecelakaan karena anaknya. Misalnya jika demi anak kemudian orangtua menempuh jalan haram korupsi,menipu,merampok,dsb dalam memenuhi keinginannya. Atau membanggakan anak laki-laki hingga seakan-akan menjadi harapan tertinggi dalam kehidupan.
Dalam ayat yang lain disebutkan bahwa anak takkan bermanfaat kecuali bagi orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.
(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih, (QS. Asy-Syu'ara : 88-89)
Maka harta dan anak, pada awalnya ia adalah netral. Bisa menjadi sarana ke surga, namun juga bisa menyeret ke neraka ketika kita tidak pandai mengelolanya.
Selanjutnya,Penggalan kedua ayat 46 dari surat Al-Kahfi .....tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. (QS. Al-Kahfi : 46).
Bahwa jauh di atas perhatian kita kepada perhiasan dunia berupa harta dan anak-anak, menyibukkan diri dengannya, atau khawatir terhadap keturunan kita, semestinya kita mengutamakan Al-Baqiyatus Shalihah.
Apa itu Al-Baqiyatus Shalihah? Secara bahasa artinya adaah amal-amal yang kekal lagi baik, mengekalkan pelakunya berada dalam surga. Amal apa yang dimaksud? Ustman bin Affan dan sahabat lainnya menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Al-Baqiyatus Shalihah adalah lima kalimat dzikir:
Maha suci Allah,Segala puji bagi Allah,Tiada Ilah kecuali Allah.,Allah Maha Besar,Tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah.
Maka berzikir kepada Allah dengan memperbanyak membaca lima kalimat di atas, merupakan amal yang akan mengekalkan pelakunya di dalam surga hingga pantas menjadi harapan.
Lain halnya dengan pendapat Ibnu Jarir bahwa Al-Baqiyatus Shalihah adalah amal shalih secara umum. Ia meliputi ibadah mahdhah seperti shalat lima waktu, bisa berbentuk amal lisan seperti zikir khususnya lima kalimat di atas, bisa pula ucapan yang baik, dakwah dan segala amal yang bisa dikategorikan ibadah; baik khas maupun ammah.
Terlepas dr pendapat para sahabat dan ulama-ulama,aka hendaklah kita meningkatkan taqwa, kita berupaya memperbanyak amal kesalihan, meningkatkan keimanan, mempertebal keyakinan, menebar manfaat bagi sesama, berinvestasi sebanyak-banyaknya Al-Baqiyatus Shalihah.
Wallohu a'lam bi shawab.
Salam @@@

0 komentar:

Posting Komentar